Jo … Jo …
Kudengar Lala memanggilku dengan panggilan sayangnya. Namaku sebenarnya Johan, tapi gadis manis berlesung pipi itu selalu memanggilku Jo.
Aku yang sedang bersantai menonton televisi, bergegas menujunya yang berada di teras depan. Begitu sampai ke hadapannya, dia langsung mengelus pipiku.
“Kudengar kau sudah berjasa membantu Ibu?” tanyanya.
Aku hanya tersenyum, tidak mau menyombong atas apa yang sudah aku lakukan. Tentu saja aku berusaha keras dan mengerahkan segala kemampuan serta kecerdasanku guna menangkap Mike, pencuri yang selama seminggu terakhir sudah membuat keluarga Lala resah.
Lala dan keluarganya sudah sangat berjasa dalam hidupku. Saat aku sendirian dan sakit, Lala yang saat itu baru pulang kuliah, datang menolong dan membawaku ke dokter. Ia bahkan meminta pada keluarganya agar aku diijinkan tinggal di rumah mereka.
Tapi aku lelaki, masih punya harga diri. Meski aku sebatang kara, aku tidak ingin menjadi beban gadis yang telah memikat hatiku itu. Akupun menolak dengan halus. Meski begitu aku selalu mengunjungi mereka setiap hari, entah untuk sekedar berkunjung atau membantu hal apa saja yang bisa aku lakukan.
Hingga beberapa hari yang lalu, Ibu resah karena beberapa barang di rumah satu per satu mulai menghilang. Ibu bisa menduga kalau tersangkanya adalah Si Mike, yang juga sudah menjadi buronan para tetangga. Tapi Ibu tidak bisa membuktikan apa lagi menangkapnya.
Aku sadar betul kalau Mike cukup cerdik. Entah dia beraksi pada saat siang atau malam, dia selalu bisa lolos dengan sukses. Maka aku pun harus memutar otak untuk bisa menangkap basah ia saat sedang beraksi. Jadi aku berjaga siang dan malam dalam beberapa hari ini. Aku putuskan untuk menginap di rumah Lala sampai Si Mike bisa tertangkap.
Dan saat nahas itu pun datang. Mike sama sekali tidak menyadari jika aku sudah mengintainya selama beberapa hari terakhir. Siang itu, saat Ayah berada di kantor, Lala sudah berangkat kuliah dan Ibu sedang pengajian di Masjid, Mike mulai melakukan aksinya. Ketika dia muncul dari tempat yang sudah aku curigai, maka tanpa ragu aku pun menyergapnya.
Mike pun tertangkap tanpa perlawanan. Atas jasaku, Ibu menghadiahi sebuah jamuan makan malam spesial dengan menu favoritku yaitu Ikan tenggiri. Aku pun semakin di sayang, termasuk oleh Lala, cinta pertamaku.
“Jo … kemarin Ray menemuiku di kampus dan meminta maaf.”
Lala mulai bercerita tentang kekasihnya yang beberapa hari lalu tertangkap sedang berduaan dengan perempuan lain.
“Dia bilang wanita itu hanya teman kantornya. Mereka berada di café itu karena sedang menunggu klien. Aku bahkan berbicara dengan wanita itu di telepon. Dia meminta maaf atas kesalahpahaman yang telah terjadi.”
Aku hanya terdiam. Aku sadar, cinta Lala pada Ray memang cukup besar dan tak mungkin ku tandingi.
“Aku tidak punya pilihan lain selain memaafkan, dan lagi aku memang masih mencintainya.”
Aku sadar, sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa memiliki cinta pertamaku. Kami punya perbedaan yang tidak akan mungkin terjembatani dengan apapun, meski ku tahu dia sangat menyayangiku.
Tidak lama kemudian terdengar klakson mobil di depan pagar. Lala bergegas bangkit dan berlari keluar.
“Aku pergi dulu ya, Jo,” serunya sambil melambai kepadaku.
“Meong … “ balasku lemah.
Asemm!!!! aku ketipu!!!! anjay!!!
BalasHapusBtw salam kenal, hehehe
Kreta Amura
Hehehe Salam kenal Kak Fateh
BalasHapus